Home » DDTC NEWS » Istana Sebut Ekonomi RI Tangguh di Tengah Perlambatan Global
Istana Sebut Ekonomi RI Tangguh di Tengah Perlambatan Global
, 24 10-0 | 00:00:00 WIB - Oleh Scraping Airflow
Perekonomian Indonesia dinilai cukup tangguh meski ada perlambatan secara global. Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono mengatakan kinerja ekonomi nasional sepanjang 2023 tetap terjaga dan tumbuh solid.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2023 tumbuh positif sebesar 5,04% year on year (y-o-y), dan secara keseluruhan tahun 2023 tumbuh 5,05% (c-to-c).
"Kinerja perekonomian Indonesia pada periode tersebut tetap terjaga dan dapat menjadi pijakan kokoh untuk periode selanjutnya," kata Edy, dikutip pada Sabtu (10/2/2024). Menurut Edy, meski lebih rendah dibandingkan 2022, ekonomi Indonesia sepanjang 2023 masih cukup tangguh. Terlebih jika dibandingkan dengan negara-negara G-20, seperti Meksiko yang hanya tumbuh 3,4% dan Arab Saudi yang terkontraksi 0,9%.
Dari sisi pengeluaran, imbuh Edy, ketangguhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 (c-t-c) ditopang oleh masih kuatnya pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga (tumbuh 4,82%) dan komponen PMTB (tumbuh 4,40%). Kedua komponen tersebut meyumbang 82,51% PDB Indonesia. Sementara terkait pertumbuhan komponen ekspor, sambung dia, terjadi perlambatan, yakni hanya 1,32%.
"Perlambatan pertumbuhan ekspor sejalan dengan termoderasinya harga komoditas unggulan ekspor Indonesia dan aktivitas ekonomi global yang melambat," jelasnya. Edy menambahkan dari sisi lapangan usaha, terdapat 5 sektor penopang utama PDB Indonesia yang konsisten tumbuh positif. Keima sektor itu adalah industri pengolahan (4,64%), perdagangan (4,85%), pertanian (1,30%), pertambangan (6,12%), dan konstruksi (4,91%).
Kelima sektor tersebut menyumbang 64,58% PDB Indonesia. Adapun beberapa sektor yang konsisten tumbuh tinggi dalam 2 tahun terakhir dan tetap melanjutkan tren positif, terang Edy, dantaranya transportasi dan pergudangan (13,96%), jasa lainnya (10,52%), serta sektor akomodasi dan makanan minuman (10,01%).
Deputi Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden ini juga mengungkapkan sepanjang 2023 industri pengolahan mampu melanjutkan pertumbuhan positif meski sedikit melambat, dari 4,89% pada 2022 menjadi 4,64% pada 2023. Pertumbuhan positif tersebut utamanya ditopang oleh subsektor yang terkait dengan hilirisasi, seperti industri logam dasar (14,17%) dan industri barang logam (13,67%). "Dengan demikian pangsa sektor Industri Pengolahan pada 2023 sedikit meningkat," kata Edy.
Pada kesempatan itu, Edy mengapresiasi kinerja perekonomian Indonesia sepanjang 2023 yang dinilai cukup berkualitas dan inklusif. Hal ini tercermin dari beberapa indikator. Di antaranya, tingkat pengangguran konsisten menurun pasca pandemi dari 5,86% pada Agustus 2022 menjadi 5,32% pada Agustus 2023. Indikator lainnya, kata dia, yakni tingkat kemiskinan juga konsisten menurun dari 9,54% pada Maret 2022 menjadi 9,36% pada Maret 2023,.
"Tingkat pertumbuhan yang solid ini juga dicapai dengan inflasi yang terkendali di angka 2,61 persen pada 2023," katanya. (sap)