Home » DDTC NEWS » Sandiaga Uno Pastikan Tarif Pajak Hiburan Batal Naik
Sandiaga Uno Pastikan Tarif Pajak Hiburan Batal Naik
, 24 03-0 | 00:00:00 WIB - Oleh Scraping Airflow
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno memastikan tarif pajak atas hiburan tertentu tidak jadi dinaikkan.
Sandi mengatakan pembatalan kenaikan tarif pajak barang dan jasa tertentu (PBJT) atas jasa hiburan tertentu tersebut dilakukan sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Arahannya adalah dibuat tidak naik bila dibandingkan dengan tahun lalu," kata Sandi, dikutip Kamis (1/2/2024). Sandi mengatakan tarif pajak atas jasa hiburan tertentu belum bisa dinaikkan mengingat kondisi perekonomian pada sektor tersebut masih belum sepenuhnya pulih pascapandemi Covid-19.
Untuk diketahui, tarif pajak atas jasa hiburan di diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa di beberapa daerah serentak naik mulai 2024 seiring dengan berlakunya ketentuan pajak daerah dalam UU 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD).
Dalam UU HKPD, pemda diberikan ruang untuk mengenakan PBJT atas jasa hiburan di diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa dengan tarif sebesar 40% hingga 75%. Dengan demikian, pemda yang pada tahun lalu menerapkan pajak hiburan di bawah 40% harus menaikkan tarif yang berlaku di daerahnya seiring dengan berlakunya ketentuan pajak daerah dalam UU HKPD.
Meski demikian, pemerintah melalui Kemendagri telah memberikan ruang kepada pemda untuk memberikan keringanan kepada pelaku usaha di kelima sektor tersebut.
Kemendagri melalui Surat Edaran Mendagri Nomor 900.1.13.1/403/SJ mendorong kepala daerah untuk berkomunikasi dengan pelaku usaha terkait dengan pemberian insentif fiskal dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi, utamanya bagi pelaku usaha baru pulih dari dampak pandemi Covid-19. "Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka dalam pelaksanaanya agar tidak terjadi penyalahgunaan kewenangan, tidak boleh terjadi transaksional dan menghindari adanya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme," bunyi surat edaran tersebut. (sap)